A.
PENGERTIAN EROSI
Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya
tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media
alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat
terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan di tempat lain. Pengikisan dan
pengangkutan tanah tersebut terjadi oleh media alami, yaitu air dan angin
(Arsyad, 2010 :52).
Erosi juga dapat disebut pengikisan atau kelongsoran
yang merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air
dan angin, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat
perbuatan manusia. Sehubungan dengan itu maka kita akan mengenal normal/ geological erosion dan accelerated erosion (Kartasapoetra,
1987:35).
B.
PENYEBAB
EROSI
Penyebab erosi dibedakan menjadi beberapa macam yaitu :
1. Erosi akibat Suhu
Peristiwa
ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau beriklim gurun.
Di daerah gurun temperatur pada siang hari dapat mencapai 50 Celcius. Pada
siang hari bersuhu tinggi atau panas. Batuan menjadi mengembang, pada malam
hari saat udara menjadi dingin, batuan mengerut. Apabila hal itu terjadi secara
terus menerus dapat mengakibatkan batuan pecah atau retak-retak dan batuan
tersebut pecah menjadi bagian yang lebih kecil. Proses tersebut merupakan
proses alam. Suhu menyebabkan erosi secara lambat (Husni, 2009).
2.
Erosi oleh Angin
Hembusan angin kencang yang terus menerus di daerah yang tandus dapat
memindahkan partikel-partikel halus batuan di daerah tersebut membentuk suatu
formasi, misalnya bukit-bukit pasir di gurun atau pantai. Efek lain dari angin
adalah jika partikel keras yang terbawa dan bertumbukan dengan benda padat
lainnya sehingga menimbulkan erosi yang disebut dengan abrasi. Pada gambar dapat
dilihat contoh erosi oleh angin yang menyebabkan terjadinya bukit pasir di Namibia,
Afrika (Husni, 2009).
3.
Erosi oleh Air
Jika
tingkat curah hujan berlebihan sedemikian rupa sehingga tanah tidak dapat
menyerap air hujan maka terjadilah genangan air yang mengalir kencang. Aliran
air ini sering menyebabkan terjadinya erosi yang parah karena dapat mengikis
lapisan permukaan tanah yang dilewatinya, terutama pada tanah yang gundul. Pada
gambar dapat dilihat bahwa akibat erosi air yang terjadi di El Paso County,
Colorado, Amerika Serikat. Pada dasarnya air merupakan faktor utama
penyebab erosi seperti aliran sungai yang deras. Makin cepat air yang mengalir makin
cepat benda yang dapat terkikis. Pasir halus dapat bergerak dengan kecepatan
13,5 km/jam yang merupakan kecepatan erosi yang kritis. Air sungai dapat
mengikis tepi sungai dengan tiga cara: pertama gaya hidrolik yang dapat
memindahkan lapisan sedimen; kedua air dapat mengikis sedimen dengan
menghilangkan dan melarutkan ion; dan yang ketiga pertikel dalam air membentur
batuan dasar dan mengikisnya. Air juga dapat mengikis pada tiga tempat yaitu
sisi sungai, dasar sungai dan lereng atas sungai. Erosi juga dapat terjadi
akibat air laut. Arus dan gelombang laut termasuk pasang surut laut merupakan
faktor penyebab terjadinya erosi di pinggiran laut atau pantai. Karena tenaga
arus dan gelombang merupakan kekuatan yang dapat memindahkan batuan atau
sedimen pantai (Husni, 2009).
4.
Erosi oleh Mikroorganisme
Penyebabnya
adalah proses mikroorganisme pada batuan maupun dalam tanah yaitu berupa zat
asam yang dikeluarkan oleh mikroorganisme. Zat asam ini merusak batuan sehingga
batuan dapat melapuk dan apabila ini terjadi terus menerus dengan waktu yang
lama maka dapat menyebabkan erosi. Hal tersebut erat hubungannya dengan
pembentukan tanah (Husni, 2009).
C.
MEKANISME TERJADINYA EROSI
Erosi merupakan proses
alam yang terjadi di banyak lokasi yang biasanya semakin diperparah oleh ulah
manusia. Proses alam yang menyebabkan terjadinya erosi adalah karena faktor
curah hujan, tekstur tanah, tingkat kemiringan dan tutupan tanah. Intensitas
curah hujan yang tinggi di suatu lokasi yang tekstur tanahnya adalah sedimen,
misalnya pasir serta letak tanahnya juga agak curam menimbulkan tingkat erosi
yang tinggi. Selain faktor curah hujan, tekstur tanah dan kemiringannya,
tutupan tanah juga mempengaruhi tingkat erosi. Tanah yang gundul tanpa ada
tanaman pohon atau rumput akan rawan terhadap erosi. Erosi juga dapat
disebabkan oleh angin, air laut dan es.
Erosi tanah adalah peristiwa
terangkutnya tanah dari satu tempat ke tempat lain oleh air atau angin. Pada
dasarnya ada tiga proses penyebab terjadinya erosi yaitu (detachment) pelepasan
partikel tanah, (transportation) penghanyutan partikel-partikel tanah,
dan (sedimentation/ deposittion) pengendapan partikel-partikel tanah
yang telah dihanyutkan. Erosi menyebabkan hilangnya tanah lapisan atas (top
soil) dan unsur hara yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Erosi
yang disebabkan oleh air hujan merupakan penyebab utama degradasi lahan di
daerah tropis termasuk Indonesia. Tanah-tanah di daerah berlereng mempunyai
resiko tererosi yang lebih besar daripada tanah di daerah datar. Selain tidak
stabil akibat pengaruh kemiringan, air hujan yang jatuh akan terus menerus
memukul permukaan tanah sehingga memperbesar risiko erosi. Berbeda dengan
daerah datar, selain massa tanah dalam posisi stabil, air hujan yang jatuh
tidak selamanya memukul permukaan tanah karena dengan cepat akan terlindungi
oleh genangan air (Kartasapoetra, 1987: 40).
D.
BENTUK-BENTUK EROSI
Di bagian muka bumi sudah dijelaskan bahwa erosi
terdiri atas normal erosion (erosi
geologis) dan accelerated erosion
atau erosi yang dipercepat. Dari kedua macam erosi itu, erosi yang
dipercepatlah yang bentuk-bentuknya
perlu kita perhatikan, selain karena erosi macam ini sering terjadi juga karena
perbuatan manusialah yang mendorongnya (Kartasapoetra, 1987:48).
a.
Erosi Lembar (Sheet erosion)
adalah erosi oleh air yang
jatuh dan mengalir di permukaan tanah secara merata sehingga partikel-partikel
tanah yang hilang merata di permukaan tanah. Permukaan tanah menjadi
lebih rendah secara merata. Erosi ini terjadi bila permukaan tanah memiliki
ketahanan terhadap erosi yang relatif seragam
(Nasiah, 2000).
b. Erosi Alur (Rill erosion)
adalah erosi oleh air yang
mengalir di permukaan tanah dengan membentuk alur-alur kecil dengan kedalaman
beberapa senti meter. Erosi ini terjadi pada permukaan tanah yang landai dan
memiliki daya tahan yang seragam terhadap erosi (Nasiah, 2000).
c.
Erosi Parit (Gully erosion)
adalah erosi oleh
air yang mengalir di permukaan tanah yang miring atau di lereng perbukitan yang
membentuk alur-alur yang dalam dan lebarnya mencapai beberapa meter, dan
berbentuk “V” sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa (Nasiah,
2000).
d.
Erosi Tebing
Sungai (Stream bank erosion)
adalah pengikisan
tanah pada tebing-tebing sungai dan pengerusan dasar sungai oleh aliran air
sungai. Erosi tebing akan lebih hebat jika vegetasi penutup tebing telah habis
atau jika dilakukan pengolahan tanah terlalu dekat tebing (Nasiah, 2000).
e.
Erosi Percik (Splash erosion)
adalah proses terkelupasnya patikel-partikel tanah bagian atas oleh
tenaga kinetik air hujan bebas atau sebagai air lolos. Arah dan jarak
terkelupasnya partikel-partikel tanah ditentukan oleh kemiringan lereng,
kecepatan dan arah angin, keadaan kekasaran permukaan tanah, dan penutupan
tanah (Nasiah, 2000).
f.
Erosi Internal
(Internal or subsurface erosion)
adalah
terangkutnya butir-butir primer kebawah ke dalam celah-celah atau pori-pori
tanah sehingga tanah menjadi kedap air dan udara. Erosi internal menyebabkan menurunnya
kapasitas infiltrasi tanah dengan cepat sehingga aliran permukaan meningkat
yang menyebabkan terjadinya erosi lembar atau erosi alur (Nasiah, 2000).
g.
Tanah Longsor (Landslide)
adalah suatu bentuk
erosi yang pengangkutan atau pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat dalam
volume yang besar, sudah termasuk erosi yang berat (Nasiah, 2000).
E.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA EROSI
D.D Baver (dan W.H. Gardner) dalam bukunya
“Soil Physics” mengatakan bahwa
secara umum erosi dipengaruhi oleh iklim (C), tanah (S), topografi (T),
vegetasi (V) dan manusia (H) yang dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut:
E =
f (C, S, T, V, H)
Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan
menjadi dua yaitu faktor yang dapat dikendalikan manusia dan faktor yang
tidak dapat dikendalikan manusia. Faktor yang dapat dikendalikan oleh manusia seperti
tumbuhan yang tumbuh diatas tanah (v), sebagian sifat tanah (s) yaitu kesuburan
tanah, ketahanan agregat dan kapasitas infiltrasi tanah, dan satu unsur
topografi (t) yaitu panjang lereng, dan faktor yang tidak dapat diubah manusia
seperti iklim (c), tipe tanah, dan kecuraman lereng (Arsyad, 2010: 107).
a.
Iklim
Pada daerah tropis faktor iklim yang
paling besar pengaruhnya terhadap laju erosi adalah hujan. Jumlah dan
intensitas hujan di Indonesia umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan negara
beriklim sedang. Besarnya curah hujan menentukan kekuatan dispersi, daya
pengangkutan dan kerusakan terhadap tanah (Arsyad, 2010).
Intensitas dan besarnya curah hujan
menentukan kekuatan dispersi terhadap tanah. Jumlah curah hujan rata-rata yang
tinggi tidak menyebabkan erosi jika intensitasnya rendah, demikian pula
intensitas hujan yang tinggi tidak akan menyebabkan erosi bila terjadi dalam
waktu yang singkat karena tidak tersedianya air dalam jumlah besar untuk
menghanyutkan tanah. Sebaliknya jika jumlah dan intensitasnya tinggi akan
mengakibatkan erosi yang besar (Baver, 1959).
Tabel 1. Klasifikasi Intensitas Hujan
(dalam Kohnke dan Bertrand, 1959)
Intensitas Hujan (mm/jam)
|
Klasifikasi
|
< 6,25
|
Rendah (gerimis)
|
6,26 – 12,50
|
Sedang
|
12,51 – 50,00
|
Lebat
|
>
50,00
|
Sangat Lebat
|
Intensitas curah hujan adalah jumlah
curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan
waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air hujan terkonsentrasi Besarnya
intensitas curah hujan berbeda-beda tergantung dari lamanya curah hujan dan
frekuensi kejadiannya. Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung
dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang meliputi
daerah luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung
dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan
durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar
volume air bagaikan ditumpahkan dari langit. Misalnya hujan berlangsung
selama 20 menit dan banyaknya curang hujan yang terukur selama 20 menit
tersebut 30 mm maka intensitas hujan waktu itu adalah 30/20 = 1,5 mm/menit.
Jadi apabila I menyatakan intensitas, r menyatakan banyaknya hujan selama waktu
hujan, dan t menyatakan lama hujan maka rumusnya : I = r/t (Suwanto, 1989).
b.
Tanah
Tanah merupakan faktor penting yang
menentukan besarnya erosi yang terjadi. Sifat-sifat fisik dan kimia tanah yang
mempengaruhi erosi adalah (1) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi infiltrasi,
permeabilitas, dan kapabilitas menahan air, dan (2) sifat-sifat tanah yang
mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan penghancuran
agregat tanah oleh tumbukan butir-butir hujan dan aliran permukaan (Arsyad,
2010: 138).
Kepekaan atau ketahanan tanah terhadap
erosi berbeda-beda sesuai dengan sifat fisik dan kimia tanah. Perbedaan
ketahanan ini umumnya dinyatakan dalam nilai erodibilitas tanah. Semakin tinggi
nilai erodibilitas tanah, semakin mudah tanah tersebut tererosi. Secara umum
tanah dengan debu yang tinggi, liat yang rendah dan kandungan bahan organik
sedikit mempunyai kepekaan erosi yang tinggi. Nilai erodibilitas suatu tanah
ditentukan oleh ketahanan tanah terhadap daya rusak dari luar dan kemampuan
tanah menyerap air (infiltrasi dan perkolasi). Ketahanan tanah menentukan mudah
tidaknya massa tanah dihancurkan, sedangkan infiltrasi dan perkolasi
mempengaruhi volume limpasan permukaan yang mengikis dan mengangkut hancuran
masa tanah (Suwanto, 1989).
Sifat-sifat tanah yang penting pengaruhnya
terhadap erosi adalah kemampuannya untuk menginfiltrasikan air hujan yang jatuh
serta ketahanannya terhadap pengaruh pukulan butir-butir hujan dan aliran
permukaan. Tanah dengan agregat yang stabil akan lebih tahan terhadap pukulan
air hujan dan bahaya erosi. Kapasitas infiltrasi tanah sangat dinamis, dapat
berubah atau diubah oleh waktu atau pengolahan tanah (Suwanto, 1989).
Menurut Arsyad (2010) sifat-sifat tanah
yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, dan sifat
lapisan bawah tanah. Tanah dengan kandungan liat yang tinggi sukar tererosi,
karena liat memiliki kemampuan memantapkan agregat tanah.
Struktur tanah mempengaruhi besarnya
erosi, tanah-tanah yang berstruktur granuler lebih terbuka dan akan menyerap
air lebih cepat daripada tanah yang berstruktur masif. Demikian pula peranan
bahan organik penting terhadap stabilitas struktur tanah, karena bahan organik
tanah berfungsi memperbaiki kemantapan agregat tanah, memperbaiki struktur
tanah dan menaikkan daya pegang air tanah. Sifat lapisan bawah tanah yang
menentukan kepekaan erosi adalah permeabilitas (Sukmana, 2002).
c.
Topografi
Topografi diartikan sebagai tinggi
rendahnya permukaan bumi yang menyebabkan terjadi perbedaan lereng. Kemiringan
dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang paling berpengaruh terhadap
aliran permukaan dan erosi (Arsyad, 2010). Menurut Baver (1959) erosi akan
meningkat dengan bertambahnya panjang lereng pada intensitas hujan tinggi,
tetapi erosi akan menurun dengan bertambahnya panjang lereng pada intensitas
hujan yang rendah. Unsur lain yang berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman,
dan arah lereng.
Bentuk lereng juga berpengaruh terhadap
erosi. Bentuk lereng dibedakan atas lereng lurus, lereng cembung, lereng cekung
dan lereng kompleks. Lereng lurus dicirikan oleh kemiringan yang seragam pada
seluruh bagian lereng.Lereng cembung semakin curam ke arah lereng bawah, sedangkan
lereng cekung semakin landai ke arah lereng bawah.Lereng yang cembung umumnya
tererosi lebih besar daripada lereng cekung(Ramos, 2000).
Perbedaan aspek lereng menimbulkan
perbedaan besarnya erosi yang terjadi karena perbedaan penyinaran matahari dan
kelembaban. Untuk daerah tropis, aspek lereng tidak terlalu menyebabkan
perbedaan erosi yang besar karena matahari berada hampir tegak lurus dari
permukaan (Ramos, 2000).
d.
Vegetasi
Pengaruh vegetasi terhadap aliran
permukaan dan erosi dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: (a) intersepsi hujan
oleh tajuk tanaman; (b) mempengaruhi kecepatan aliran permukaan dan
kekuatan perusak air; (c) pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan biologi yang
berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap porositas
tanah; (d) transpirasi yang mengakibatkan keringnya tanah (Arsyad, 2010:121).
Hutan atau padang rumput
yang tebal merupakan pelindung tanah yang efektif terhadap bahaya erosi.Tanaman
yang tinggi biasanya menyebabkan erosi yang lebih besar dibandingkan tanaman
yang rendah, karena air yang tertahan oleh tanaman masih dapat merusak tanah
pada saat jatuh di permukaan tanah.Selain mengurangi pukulan butir-butir air
hujan pada tanah, tanaman juga berpengaruh dalam menurunkan kecepatan aliran
permukaan dan mengurangi kandungan air tanah melalui transpirasi (Ramos, 2000).
e.
Manusia
Pembuatan teras,
penanaman secara berjalur, penanaman atau pengolahan tanah menurut kontur,
perlindungan tanah dengan mulsa adalah kegiatan manusia yang dapat menurunkan
erosi. Di lain pihak, penanaman searah lereng, perladangan dan penggunaan lahan
tanpa memperhatikan kaidah konservasi akan meningkatkan bahaya erosi (Arsyad,
2010: 149). Pengolahan tanah menurut kontur secara umum mengurangi erosi secara
efektif terutama bila terjadi hujan lebat dengan intensitas sedang sampai
rendah. Pembuatan teras berfungsi mengurangi panjang lereng sehingga kecepatan
aliran permukaan bisa dikurangi dan memungkinkan penyerapan air oleh tanah
lebih besar, akibatnya erosi menjadi berkurang (Sukmana, 2002).
DAFTAR
PUSTAKA
Arsyad,
Sitanala. 2010. edisi kedua : Konservasi
Tanah dan Air.Bogor : Institut
Pertanian Bogor.
Kartasapoetra,
G; Sutedjo dkk. 1987. edisi kedua : Teknologi
Konservasi Tanah dan Air. Jakarta : Rineka Cipta.
Husni.
2009. Erosi. Bogor : [serial online] http://idkf.bogor.net/yuesbi/eDu.Ku/edukasi.net/Fenomena.Alam/Erosi.html
(26 Februari 2012).
Ramos.
2000. Prospect of Flemingia congesta Roxb. for reclamation and conservation of
volcanic skeletal soils.Pembrit.Penel. Tanah dan Pupuk 4:50-54
Sukmana.
2002. Teknologi pengendalian erosi lahan
berlereng. hlm.103-145dalam Teknologi
Pengelolaan LahanKering: Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan.
PusatPenelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.BadanPenelitian dan
Pengembangan Pertanian, DepartemenPertanian.
Suwanto. 1989. Pengantar Ekologi. Jakarta: Remaja Karya.