7.09.2012

EROSI


A.    PENGERTIAN EROSI
Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan di tempat lain. Pengikisan dan pengangkutan tanah tersebut terjadi oleh media alami, yaitu air dan angin (Arsyad, 2010 :52).
Erosi juga dapat disebut pengikisan atau kelongsoran yang merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air dan angin, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat perbuatan manusia. Sehubungan dengan itu maka kita akan mengenal normal/ geological erosion dan accelerated erosion (Kartasapoetra, 1987:35).

B.     PENYEBAB  EROSI
Penyebab erosi dibedakan menjadi beberapa macam  yaitu :
1.      Erosi akibat Suhu
Peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau beriklim gurun. Di daerah gurun temperatur pada siang hari dapat mencapai 50 Celcius. Pada siang hari bersuhu tinggi atau panas. Batuan menjadi mengembang, pada malam hari saat udara menjadi dingin, batuan mengerut. Apabila hal itu terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan batuan pecah atau retak-retak dan batuan tersebut pecah menjadi bagian yang lebih kecil. Proses tersebut merupakan proses alam. Suhu menyebabkan erosi secara lambat (Husni, 2009).
2.      Erosi oleh Angin
Hembusan angin kencang yang terus menerus di daerah yang tandus dapat memindahkan partikel-partikel halus batuan di daerah tersebut membentuk suatu formasi, misalnya bukit-bukit pasir di gurun atau pantai. Efek lain dari angin adalah jika partikel keras yang terbawa dan bertumbukan dengan benda padat lainnya sehingga menimbulkan erosi yang disebut dengan abrasi. Pada gambar dapat dilihat contoh erosi oleh angin yang menyebabkan terjadinya bukit pasir di Namibia, Afrika (Husni, 2009).
3.      Erosi oleh Air
Jika tingkat curah hujan berlebihan sedemikian rupa sehingga tanah tidak dapat menyerap air hujan maka terjadilah genangan air yang mengalir kencang. Aliran air ini sering menyebabkan terjadinya erosi yang parah karena dapat mengikis lapisan permukaan tanah yang dilewatinya, terutama pada tanah yang gundul. Pada gambar dapat dilihat bahwa akibat erosi air yang terjadi di El Paso County, Colorado, Amerika Serikat. Pada dasarnya air merupakan faktor utama penyebab erosi seperti aliran sungai yang deras. Makin cepat air yang mengalir makin cepat benda yang dapat terkikis. Pasir halus dapat bergerak dengan kecepatan 13,5 km/jam yang merupakan kecepatan erosi yang kritis. Air sungai dapat mengikis tepi sungai dengan tiga cara: pertama gaya hidrolik yang dapat memindahkan lapisan sedimen; kedua air dapat mengikis sedimen dengan menghilangkan dan melarutkan ion; dan yang ketiga pertikel dalam air membentur batuan dasar dan mengikisnya. Air juga dapat mengikis pada tiga tempat yaitu sisi sungai, dasar sungai dan lereng atas sungai. Erosi juga dapat terjadi akibat air laut. Arus dan gelombang laut termasuk pasang surut laut merupakan faktor penyebab terjadinya erosi di pinggiran laut atau pantai. Karena tenaga arus dan gelombang merupakan kekuatan yang dapat memindahkan batuan atau sedimen pantai (Husni, 2009).
4.      Erosi oleh Mikroorganisme
            Penyebabnya adalah proses mikroorganisme pada batuan maupun dalam tanah yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh mikroorganisme. Zat asam ini merusak batuan sehingga batuan dapat melapuk dan apabila ini terjadi terus menerus dengan waktu yang lama maka dapat menyebabkan erosi. Hal tersebut erat hubungannya dengan pembentukan tanah (Husni, 2009).

C.    MEKANISME TERJADINYA EROSI
Erosi merupakan proses alam yang terjadi di banyak lokasi yang biasanya semakin diperparah oleh ulah manusia. Proses alam yang menyebabkan terjadinya erosi adalah karena faktor curah hujan, tekstur tanah, tingkat kemiringan dan tutupan tanah. Intensitas curah hujan yang tinggi di suatu lokasi yang tekstur tanahnya adalah sedimen, misalnya pasir serta letak tanahnya juga agak curam menimbulkan tingkat erosi yang tinggi. Selain faktor curah hujan, tekstur tanah dan kemiringannya, tutupan tanah juga mempengaruhi tingkat erosi. Tanah yang gundul tanpa ada tanaman pohon atau rumput akan rawan terhadap erosi. Erosi juga dapat disebabkan oleh angin, air laut dan es.
Erosi tanah adalah peristiwa terangkutnya tanah dari satu tempat ke tempat lain oleh air atau angin. Pada dasarnya ada tiga proses penyebab terjadinya erosi yaitu (detachment) pelepasan partikel tanah, (transportation) penghanyutan partikel-partikel tanah, dan (sedimentation/ deposittion) pengendapan partikel-partikel tanah yang telah dihanyutkan. Erosi menyebabkan hilangnya tanah lapisan atas (top soil) dan unsur hara yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Erosi yang disebabkan oleh air hujan merupakan penyebab utama degradasi lahan di daerah tropis termasuk Indonesia. Tanah-tanah di daerah berlereng mempunyai resiko tererosi yang lebih besar daripada tanah di daerah datar. Selain tidak stabil akibat pengaruh kemiringan, air hujan yang jatuh akan terus menerus memukul permukaan tanah sehingga memperbesar risiko erosi. Berbeda dengan daerah datar, selain massa tanah dalam posisi stabil, air hujan yang jatuh tidak selamanya memukul permukaan tanah karena dengan cepat akan terlindungi oleh genangan air (Kartasapoetra, 1987: 40).

D.    BENTUK-BENTUK EROSI
Di bagian muka bumi sudah dijelaskan bahwa erosi terdiri atas normal erosion (erosi geologis) dan accelerated erosion atau erosi yang dipercepat. Dari kedua macam erosi itu, erosi yang dipercepatlah yang  bentuk-bentuknya perlu kita perhatikan, selain karena erosi macam ini sering terjadi juga karena perbuatan manusialah yang mendorongnya (Kartasapoetra, 1987:48).

a.       Erosi Lembar (Sheet erosion)
 adalah erosi oleh air yang jatuh dan mengalir di permukaan tanah secara merata sehingga partikel-partikel tanah yang hilang merata di permukaan tanah.  Permukaan tanah menjadi lebih rendah secara merata. Erosi ini terjadi bila permukaan tanah memiliki ketahanan terhadap erosi yang relatif seragam  (Nasiah, 2000).
b.      Erosi Alur (Rill erosion)
 adalah erosi oleh air yang mengalir di permukaan tanah dengan membentuk alur-alur kecil dengan kedalaman beberapa senti meter. Erosi ini terjadi pada permukaan tanah yang landai dan memiliki daya tahan yang seragam terhadap erosi (Nasiah, 2000).
c.       Erosi Parit (Gully erosion)
adalah erosi oleh air yang mengalir di permukaan tanah yang miring atau di lereng perbukitan yang membentuk alur-alur yang dalam dan lebarnya mencapai beberapa meter, dan berbentuk “V” sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa (Nasiah, 2000).
d.      Erosi Tebing Sungai (Stream bank erosion)
adalah pengikisan tanah pada tebing-tebing sungai dan pengerusan dasar sungai oleh aliran air sungai. Erosi tebing akan lebih hebat jika vegetasi penutup tebing telah habis atau jika dilakukan pengolahan tanah terlalu dekat tebing (Nasiah, 2000).
e.       Erosi Percik (Splash erosion)
adalah proses terkelupasnya patikel-partikel tanah bagian atas oleh tenaga kinetik air hujan bebas atau sebagai air lolos. Arah dan jarak terkelupasnya partikel-partikel tanah ditentukan oleh kemiringan lereng, kecepatan dan arah angin, keadaan kekasaran permukaan tanah, dan penutupan tanah (Nasiah, 2000).
f.       Erosi Internal (Internal or subsurface erosion)
adalah terangkutnya butir-butir primer kebawah ke dalam celah-celah atau pori-pori tanah sehingga tanah menjadi kedap air dan udara. Erosi internal menyebabkan menurunnya kapasitas infiltrasi tanah dengan cepat sehingga aliran permukaan meningkat yang menyebabkan terjadinya erosi lembar atau erosi alur (Nasiah, 2000).
g.   Tanah Longsor (Landslide)
adalah suatu bentuk erosi yang pengangkutan atau pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat dalam volume yang besar, sudah termasuk erosi yang berat (Nasiah, 2000).

E.     FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA EROSI 
D.D Baver (dan W.H. Gardner) dalam bukunya “Soil Physics” mengatakan bahwa secara umum erosi dipengaruhi oleh iklim (C), tanah (S), topografi (T), vegetasi (V) dan manusia (H) yang dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
E = f (C, S, T, V, H)
Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang dapat dikendalikan manusia dan faktor yang tidak dapat dikendalikan manusia. Faktor yang dapat dikendalikan oleh manusia seperti tumbuhan yang tumbuh diatas tanah (v), sebagian sifat tanah (s) yaitu kesuburan tanah, ketahanan agregat dan kapasitas infiltrasi tanah, dan satu unsur topografi (t) yaitu panjang lereng, dan faktor yang tidak dapat diubah manusia seperti iklim (c), tipe tanah, dan kecuraman lereng (Arsyad, 2010: 107).
a.         Iklim
Pada daerah tropis faktor iklim yang paling besar pengaruhnya terhadap laju erosi adalah hujan. Jumlah dan intensitas hujan di Indonesia umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan negara beriklim sedang. Besarnya curah hujan menentukan kekuatan dispersi, daya pengangkutan dan kerusakan terhadap tanah (Arsyad, 2010).
Intensitas dan besarnya curah hujan menentukan kekuatan dispersi terhadap tanah. Jumlah curah hujan rata-rata yang tinggi tidak menyebabkan erosi jika intensitasnya rendah, demikian pula intensitas hujan yang tinggi tidak akan menyebabkan erosi bila terjadi dalam waktu yang singkat karena tidak tersedianya air dalam jumlah besar untuk menghanyutkan tanah. Sebaliknya jika jumlah dan intensitasnya tinggi akan mengakibatkan erosi yang besar (Baver, 1959).

Tabel 1. Klasifikasi Intensitas Hujan (dalam Kohnke dan Bertrand, 1959)
Intensitas Hujan (mm/jam)
Klasifikasi
< 6,25
Rendah (gerimis)
6,26 – 12,50
Sedang
12,51 – 50,00
Lebat
> 50,00
Sangat Lebat

Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air hujan terkonsentrasi Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari langit. Misalnya hujan berlangsung selama 20 menit dan banyaknya curang hujan yang terukur selama 20 menit tersebut 30 mm maka intensitas hujan waktu itu adalah 30/20 = 1,5 mm/menit. Jadi apabila I menyatakan intensitas, r menyatakan banyaknya hujan selama waktu hujan, dan t menyatakan lama hujan maka rumusnya : I =  r/t (Suwanto, 1989).
b.        Tanah
Tanah merupakan faktor penting yang menentukan besarnya erosi yang terjadi. Sifat-sifat fisik dan kimia tanah yang mempengaruhi erosi adalah (1) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi infiltrasi, permeabilitas, dan kapabilitas menahan air, dan (2) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan penghancuran agregat tanah oleh tumbukan butir-butir hujan dan aliran permukaan (Arsyad, 2010: 138).
Kepekaan atau ketahanan tanah terhadap erosi berbeda-beda sesuai dengan sifat fisik dan kimia tanah. Perbedaan ketahanan ini umumnya dinyatakan dalam nilai erodibilitas tanah. Semakin tinggi nilai erodibilitas tanah, semakin mudah tanah tersebut tererosi. Secara umum tanah dengan debu yang tinggi, liat yang rendah dan kandungan bahan organik sedikit mempunyai kepekaan erosi yang tinggi. Nilai erodibilitas suatu tanah ditentukan oleh ketahanan tanah terhadap daya rusak dari luar dan kemampuan tanah menyerap air (infiltrasi dan perkolasi). Ketahanan tanah menentukan mudah tidaknya massa tanah dihancurkan, sedangkan infiltrasi dan perkolasi mempengaruhi volume limpasan permukaan yang mengikis dan mengangkut hancuran masa tanah (Suwanto, 1989).
Sifat-sifat tanah yang penting pengaruhnya terhadap erosi adalah kemampuannya untuk menginfiltrasikan air hujan yang jatuh serta ketahanannya terhadap pengaruh pukulan butir-butir hujan dan aliran permukaan. Tanah dengan agregat yang stabil akan lebih tahan terhadap pukulan air hujan dan bahaya erosi. Kapasitas infiltrasi tanah sangat dinamis, dapat berubah atau diubah oleh waktu atau pengolahan tanah (Suwanto, 1989).
Menurut Arsyad (2010) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, dan sifat lapisan bawah tanah. Tanah dengan kandungan liat yang tinggi sukar tererosi, karena liat memiliki kemampuan memantapkan agregat tanah.
Struktur tanah mempengaruhi besarnya erosi, tanah-tanah yang berstruktur granuler lebih terbuka dan akan menyerap air lebih cepat daripada tanah yang berstruktur masif. Demikian pula peranan bahan organik penting terhadap stabilitas struktur tanah, karena bahan organik tanah berfungsi memperbaiki kemantapan agregat tanah, memperbaiki struktur tanah dan menaikkan daya pegang air tanah. Sifat lapisan bawah tanah yang menentukan kepekaan erosi adalah permeabilitas (Sukmana, 2002).
c.         Topografi
Topografi diartikan sebagai tinggi rendahnya permukaan bumi yang menyebabkan terjadi perbedaan lereng. Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi (Arsyad, 2010). Menurut Baver (1959) erosi akan meningkat dengan bertambahnya panjang lereng pada intensitas hujan tinggi, tetapi erosi akan menurun dengan bertambahnya panjang lereng pada intensitas hujan yang rendah. Unsur lain yang berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman, dan arah lereng.
Bentuk lereng juga berpengaruh terhadap erosi. Bentuk lereng dibedakan atas lereng lurus, lereng cembung, lereng cekung dan lereng kompleks. Lereng lurus dicirikan oleh kemiringan yang seragam pada seluruh bagian lereng.Lereng cembung semakin curam ke arah lereng bawah, sedangkan lereng cekung semakin landai ke arah lereng bawah.Lereng yang cembung umumnya tererosi lebih besar daripada lereng cekung(Ramos, 2000).
Perbedaan aspek lereng menimbulkan perbedaan besarnya erosi yang terjadi karena perbedaan penyinaran matahari dan kelembaban. Untuk daerah tropis, aspek lereng tidak terlalu menyebabkan perbedaan erosi yang besar karena matahari berada hampir tegak lurus dari permukaan (Ramos, 2000).
d.        Vegetasi
Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: (a) intersepsi hujan oleh tajuk tanaman; (b) mempengaruhi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air; (c) pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap porositas tanah; (d) transpirasi yang mengakibatkan keringnya tanah (Arsyad, 2010:121).
Hutan atau padang rumput yang tebal merupakan pelindung tanah yang efektif terhadap bahaya erosi.Tanaman yang tinggi biasanya menyebabkan erosi yang lebih besar dibandingkan tanaman yang rendah, karena air yang tertahan oleh tanaman masih dapat merusak tanah pada saat jatuh di permukaan tanah.Selain mengurangi pukulan butir-butir air hujan pada tanah, tanaman juga berpengaruh dalam menurunkan kecepatan aliran permukaan dan mengurangi kandungan air tanah melalui transpirasi (Ramos, 2000).
e.         Manusia
Pembuatan teras, penanaman secara berjalur, penanaman atau pengolahan tanah menurut kontur, perlindungan tanah dengan mulsa adalah kegiatan manusia yang dapat menurunkan erosi. Di lain pihak, penanaman searah lereng, perladangan dan penggunaan lahan tanpa memperhatikan kaidah konservasi akan meningkatkan bahaya erosi (Arsyad, 2010: 149). Pengolahan tanah menurut kontur secara umum mengurangi erosi secara efektif terutama bila terjadi hujan lebat dengan intensitas sedang sampai rendah. Pembuatan teras berfungsi mengurangi panjang lereng sehingga kecepatan aliran permukaan bisa dikurangi dan memungkinkan penyerapan air oleh tanah lebih besar, akibatnya erosi menjadi berkurang (Sukmana, 2002).


DAFTAR PUSTAKA


Arsyad, Sitanala. 2010. edisi kedua : Konservasi Tanah  dan Air.Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Kartasapoetra, G; Sutedjo dkk. 1987. edisi kedua : Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta : Rineka Cipta.
Husni. 2009. Erosi. Bogor : [serial online] http://idkf.bogor.net/yuesbi/eDu.Ku/edukasi.net/Fenomena.Alam/Erosi.html (26 Februari 2012).
Ramos. 2000. Prospect of Flemingia congesta Roxb. for reclamation and conservation of volcanic skeletal soils.Pembrit.Penel. Tanah dan Pupuk 4:50-54
Sukmana. 2002. Teknologi pengendalian erosi lahan berlereng. hlm.103-145dalam Teknologi Pengelolaan LahanKering: Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. PusatPenelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian, DepartemenPertanian.
Suwanto. 1989. Pengantar Ekologi. Jakarta: Remaja Karya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar